PENGANTAR GEOGRAFI
MAKALAH
PENDIDIKAN
DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 dan PEMBELAJARAN GEOGRAFI BERBASIS HOTS dan
KECAKAPAN ABAD 21
Oleh :
Amor Setiawan
Jurusan Geografi
Fakultas Ilmu Sosial Politik
Universitas Negeri Padang
|
Pendidikan Era Revolusi Industri
Pesatnya perkembangan teknologi era revolusi industri 4.0 sangat
berpengaruh terhadap karakteristik pekerjaan yang ada saat ini, dimana
ketrampilan dan kompetensi menjadi hal pokok yang perlu diperhatikan. Karena di
era revolusi industri 4.0 integrasi pemanfaatan teknologi dan internet yang
begitu canggih dan masif juga sangat mempengaruhi adanya perubahan prilaku
dunia usaha dan dunia industri, prilaku masyarakat dan konsumen pada umumnya.
Karakteristik di era revolusi industri tersebut meliputi
digitalisasi, optimation dan cutomization produksi, otomasi dan adaptasi,
interaksi antara manusia dengan mesin, value added services and business,
automatic data exchange and communication, serta penggunaan teknologi
informasi. Oleh karen itu, dunia pendidikan dan industri harus mmpu
mengembangkan starategi transformasi industri dengan mempertimbangkan sektor
sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dibidangnya.
Menurut Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
(Menristekdikti) Mohammad Nasir menyampiakan bahwa tantangan revolusi industri
4.0 harus direspon secara cepat dan tepat oleh seluruh pemangku kepentingan di
lingkungan Kemenristekdikti agar mampu meningkatkan daya saing bangsa Indonesia
ditengah persaingan. Untuk itu Pendidikan Tinggi wajib merumuskan kebijakan
strategis dalam berbagai aspek mulai dari kelembagaan, bidang studi, kurikulum,
sumber daya, serta pengembangan cyber university, dan risbang hingga inovasi.
Menristekdikti menjelaskan ada lima elemen penting yang harus
menjadi perhatian dan akan dilaksanakan oleh Kemenristekdikti untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa di era Revolusi Industri 4.0, yaitu:
Persiapan sistem pembelajaran yang lebih inovatif di perguruan
tinggi seperti penyesuaian kurikulum pembelajaran, dan meningkatkan kemampuan
mahasiswa dalam hal data Information Technology (IT), Operational Technology
(OT), Internet of Things (IoT), dan Big Data Analitic, mengintegrasikan objek
fisik, digital dan manusia untuk menghasilkan lulusan perguruan tinggi yang
kompetitif dan terampil terutama dalam aspek data literacy, technological
literacy and human literacy.
Rekonstruksi kebijakan kelembagaan pendidikan tinggi yang adaptif
dan responsif terhadap revolusi industri 4.0 dalam mengembangkan transdisiplin
ilmu dan program studi yang dibutuhkan. Selain itu, mulai diupayakannya program
Cyber University, seperti sistem perkuliahan distance learning, sehingga
mengurangi intensitas pertemuan dosen dan mahasiswa. Cyber University ini
nantinya diharapkan menjadi solusi bagi anak bangsa di pelosok daerah untuk
menjangkau pendidikan tinggi yang berkualitas.
Persiapan sumber daya manusia khususnya dosen dan peneliti serta
perekayasa yang responsive, adaptif dan handal untuk menghadapi revolusi
industri 4.0. Selain itu, peremajaan sarana prasarana dan pembangunan
infrastruktur pendidikan, riset, dan inovasi juga perlu dilakukan untuk
menopang kualitas pendidikan, riset, dan inovasi.
Terobosan dalam riset dan pengembangan yang mendukung Revolusi
Industri 4.0 dan ekosistem riset dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas riset dan pengembangan di Perguruan Tinggi, Lembaga Litbang,
LPNK, Industri, dan Masyarakat.
Terobosan inovasi dan perkuatan sistem inovasi untuk meningkatkan
produktivitas industri dan meningkatkan perusahaan pemula berbasis teknologi.
Apa itu revolusi industri 4.0?
Versi AsikBelajar.Com mengartikan bahwa revolusi industri 4.0 adalah
proses kelanjutan perubahan tahap automatisasi pada revolusi industri 3.0 dalam
kehidupan yang bertumpu kepada sistem jaringan internet.
Inilah 5 kejadian temuan yang dirasakan di lapangan akibat
revolusi indutri 4.0, yakni:
1. Bergesernya layanan konvensional menjadi online. Seperti ojek online, taxi online, pasar online, hiburan dll.
2. Menurunnya perusahaan ritel besar dan banyak digantikan oleh sistem online.
3. Terbukanya kerjasama personal dengan sesama pengguna internet tanpa ada batas negara. 4. Adanya pergeseran etika sosial dalam pergaulan masyarakat yang disebut phubbing. Phubbing (Phone Snubbing) adalah sebuah istilah tindakan acuh tak acuh seseorang di dalam sebuah lingkungan karena lebih fokus pada gadged dari pada membangun sebuah percakapan.
5. Kesempatan berkarya untuk kaum disabilitas karena terbantu sistem yang serba online akibat sudah adanya penggunaan mesin kecerdasan buatan (artificial intellegence = AI) disegala bidang.
1. Bergesernya layanan konvensional menjadi online. Seperti ojek online, taxi online, pasar online, hiburan dll.
2. Menurunnya perusahaan ritel besar dan banyak digantikan oleh sistem online.
3. Terbukanya kerjasama personal dengan sesama pengguna internet tanpa ada batas negara. 4. Adanya pergeseran etika sosial dalam pergaulan masyarakat yang disebut phubbing. Phubbing (Phone Snubbing) adalah sebuah istilah tindakan acuh tak acuh seseorang di dalam sebuah lingkungan karena lebih fokus pada gadged dari pada membangun sebuah percakapan.
5. Kesempatan berkarya untuk kaum disabilitas karena terbantu sistem yang serba online akibat sudah adanya penggunaan mesin kecerdasan buatan (artificial intellegence = AI) disegala bidang.
Ada beberapa catatan penting untuk dunia pendidikan dalam menyambut
revolusi 4.0, seperti:
Era Disrupsi
Teknologi Revolusi Industri 4.0
1. Sebagian besar perusahaan menggunakan teknologi untuk menjual produk mereka secara online (The Economist, 2017).
2. Semakin pentingnya kecakapan sosial (social skills) dalam bekerja (The Economist, 2017).
3. >55 % organisasi menyatakan bahwa digital talent gap semakin lebar (LinkedIn, 2017)
4. Indonesia perlu meningkatkan kualitas keterampilan tenaga kerja dengan teknologi digital (Parray, ILO, 2017).
1. Sebagian besar perusahaan menggunakan teknologi untuk menjual produk mereka secara online (The Economist, 2017).
2. Semakin pentingnya kecakapan sosial (social skills) dalam bekerja (The Economist, 2017).
3. >55 % organisasi menyatakan bahwa digital talent gap semakin lebar (LinkedIn, 2017)
4. Indonesia perlu meningkatkan kualitas keterampilan tenaga kerja dengan teknologi digital (Parray, ILO, 2017).
Literasi Era 4.0
Agar lulusan bisa kompetitif, kurikulum perlu orientasi baru, sebab adanya Era Revolusi Industri 4.0, tidak hanya cukup Literasi Lama (membaca, menulis, & matematika) sebagai modal dasar untuk berkiprah di masyarakat menurut Ahmad, I, 2018 (Aoun, MIT, 2017). 3 Kelompok/Jenis literasi era revolusi industri 4.0:
1. Literasi Data: Kemampuan untuk membaca, analisis, dan menggunakan informasi (Big Data) di dunia digital.
2. Literasi Teknologi: Memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi (Coding, Artificial Intelligence, & Engineering Principles).
3. Literasi Manusia: Humanities, Komunikasi, & Desain.
Agar lulusan bisa kompetitif, kurikulum perlu orientasi baru, sebab adanya Era Revolusi Industri 4.0, tidak hanya cukup Literasi Lama (membaca, menulis, & matematika) sebagai modal dasar untuk berkiprah di masyarakat menurut Ahmad, I, 2018 (Aoun, MIT, 2017). 3 Kelompok/Jenis literasi era revolusi industri 4.0:
1. Literasi Data: Kemampuan untuk membaca, analisis, dan menggunakan informasi (Big Data) di dunia digital.
2. Literasi Teknologi: Memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi (Coding, Artificial Intelligence, & Engineering Principles).
3. Literasi Manusia: Humanities, Komunikasi, & Desain.
C. Kebijakan Perguruan Tinggi
Era Revolusi Industri 4.0
1. Paradigma Tri Darma Perguruan Tinggi harus diselaraskan dengan era industri 4.0.
2. Reorientasi Kurikulum:
• Literasi baru (big data, teknologi/coding, humanities) dikembangkan dan diajarkan.
• Kegiatan ekstra kurikuler untuk pengembangan kepemimpinan dan bekerja dalam tim agar terus dikembangkan.
• Entrepreneurship dan internship agar diwajibkan.
3. Hybrid/Blended Learning, OnlineMenerapkan sistem pengajaran Hybrid/Blended Learning & Online.
4. Hibah dan Bimtek dari Belmawa untuk reorientasi kurikulum (GEN-RI 4.0) untuk 400 PT.
1. Paradigma Tri Darma Perguruan Tinggi harus diselaraskan dengan era industri 4.0.
2. Reorientasi Kurikulum:
• Literasi baru (big data, teknologi/coding, humanities) dikembangkan dan diajarkan.
• Kegiatan ekstra kurikuler untuk pengembangan kepemimpinan dan bekerja dalam tim agar terus dikembangkan.
• Entrepreneurship dan internship agar diwajibkan.
3. Hybrid/Blended Learning, OnlineMenerapkan sistem pengajaran Hybrid/Blended Learning & Online.
4. Hibah dan Bimtek dari Belmawa untuk reorientasi kurikulum (GEN-RI 4.0) untuk 400 PT.
Menurut Muhadjir Effendy (Mendikbud)
bidang pendidikan perlu merevisi kurikulum dengan menambahkan lima kompetensi
dalam memasuki era revolusi industri 4.0, yakni:
1. Diharapkan peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis.
2. Diharapkan peserta didik memiliki kreatifitas dan memiliki kemampuan yang inovatif.
3. Perlu adanya kemampuan dan keterampilan berkomunikasi yang dimiliki peserta didik.
4. Bekerjasama dan berkolaborasi.
5. Peserta didik memiliki kepercayaan diri.
1. Diharapkan peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis.
2. Diharapkan peserta didik memiliki kreatifitas dan memiliki kemampuan yang inovatif.
3. Perlu adanya kemampuan dan keterampilan berkomunikasi yang dimiliki peserta didik.
4. Bekerjasama dan berkolaborasi.
5. Peserta didik memiliki kepercayaan diri.
Higher Order Thinking Skills
Higher Order Thinking Skills [HOTS] jika dengan bahasa Indonesia
mungkin bisa kita dikatakan "kemampuan/keterampilan berpikir tingkat
tinggi".
Pembelajaran pada kurikulum yang diberikan kepada anak-anak sebaiknya dapat memotivasi peserta didik untuk berfikir kritis, logis, dan sistematis sesuai dengan karakteristik matematika, serta memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi [higher order thinking skills atau HOTS].
Anderson mengkategorikan tingkat berpikir kurang lebih seperti berikut ini.
Kategori: Mengingat[Remember]
Deskripsi: Menyajikan fakta dari ingatan [mengenai fakta penting/recognizing; memanggil/recalling/retrieving].
Kategori: Memahami[Understand]
Deskripsi: Memaknai materi yang dipelajari dengan kata-kata/kalimat sendiri [interpretasi/interpreting, memberi contoh/illustrating, mengklasifikasi/classifying/categorizing, meringkas/summarizing/abstracting, menyimpulkan/concluding/ektrapolating/interpolating, predicting, membandingkan/comparing/contrasting/mapping/matching, menjelaskan/constructing modele.g.cause-effect].
Kategori: Menerapkan[Apply]
Deskripsi: Melaksanakan [executing], menggunakan prosedur [implementing] untuk suatu situasi baru[melakukan,menerapkan].
Kategori: Menganalisis[Analyze]
Deskripsi: Mengelompokkan informasi/fenomena dalam bagian-bagian penting [differentiating/discriminating/focusing/selecting], menentukan keterkaitan antar komponen [organizing/finding coherence/integrating/outlining/structuring], menemukan pikiran pokok/bias/nilaipenulis[attributing/deconstructing].
Kategori: Mengevaluasi[Evaluate]
Deskripsi: Menentukan apakah kesimpulan sesuai dengan uraian/fakta [checking/coordinating/detecting/monitoring/testing], menilai metode mana yang paling sesuai untuk menyelesaikan masalah [critiquing/judging].
Kategori: Mencipta[Create]
Deskripsi: Mengembangkan hipotesis[generating], merencanakan penelitian [planning/designing], mengembangkan produk baru [producing/
constructing].
Berdasarkan tingkat berpikir yang tercantum di atas, ada kemampuan berpikir yang lebih tinggi [higher order thinking skills/ HOTS] yang harus dikuasai oleh peserta didik yaitu kemampuan untuk menganalisis,mengevaluasi,dan mencipta.
Oleh sebab itu, maka dalam pembelajaran dianjurkan untuk mendorong peserta didiknya memiliki kemampuan tersebut dengan menyajikan pembelajaran yang variatif serta pemberian materi yang “tidak biasa” yang dikembangkan dari Kompetensi Dasar - Kompetensi Inti [KD-KI 3].
Contoh kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta didik memilki
keterampilan berpikir tingkattinggi[HOTS].
Guru menugaskan peserta didik untuk menganalisis permasalahan yang
disajikan melalui lembar kerja berkaitan dengan materi persamaan dan
pertidaksamaan nilai mutlak dalam bentuk linear satu variabel;
Peserta didik menganalisa permasalahan tersebut melalui kegiatan
diskusi kelompok, yang diawali dengan mengidentifikasi variabel-variabel
yang ditemukan dalam permasalahan;
yang ditemukan dalam permasalahan;
Peserta didik mengumpulkan berbagai informasi berkaitan dengan
permasalahan yang disajikan dari berbagai sumber belajar, kemudian bersama
kelompoknya mengolah data yang terkumpul untuk dianalisis sehingga menghasilkan
rumusan penyelesaian masalah;
Melalui diskusi dan tanya jawab bersama kelompoknya, peserta didik
melakukan evaluasi terhadap rumusan penyelesaian masalah yang diperolehnya;
Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, kemudian
membuat kesimpulan bersama;
Selama kegiatan berlangsung, guru melakukan pengamatan dan
pendampingan.
Berikut adalah contoh soal HOTS yang sesuai dengan KD 3.1 dan 4.1 mata pelajaran Matematika.
Permasalahan 1:
Di sebuah desa, terdapat sepasang kakek dan nenek yang tinggal di rumah tua. Pada saat sensus penduduk awal tahun 2013, kakek dan nenek tersebut belum memiliki KTP. Untuk pembuatan KTP, kakek dan nenek tersebut diminta data tanggal lahir mereka, tetapi mereka tidak pernah mengetahui tahun lahirnya. Mereka hanya mengingat bahwa saat menikah, selisih umur mereka 3 tahun. Saat itu nenek berusia 20 tahun, yaitu 11 tahun setelah proklamasi. Bagaimana cara mengetahui tahun lahir kakek dan nenek dari cerita tersebut?
Permasalahan 2:
Seorang bayi lahir prematur di sebuah Rumah Sakit Ibu dan Anak dengan berat badan 2.200 gram. Untuk mengatur suhu tubuh bayi tetap stabil, maka harus dirawat di dalam inkubator selama beberapa hari. Suhu inkubator harus dipertahankan berkisar antara 32O0C hingga 35O0C selama 2 hari. Ternyata jika berat badan berada pada interval BB: 2.100–2.500 gram, maka suhu inkubator yang harus dipertahankan adalah 34O0C. Jika pengaruh suhu ruangan membuat suhu inkubator menyimpang sebesar 0.2O0C, maka hitunglah interval perubahan suhu inkubator!
Bagaimana dengan dua permasalahan diatas, apakah Anda punya pendapat tentang masalah Higher Order Thinking Skills [HOTS]? mari berpendapat.
Contoh Proses Belajar Mengajar yang dianjurkan pada Kurikulum 2013, mungkin video berikut dapat membantu kita dalam penerapan kurikulum 2013.
Kecakapan Abad ke 21
Akuntabilitas dan Kemampuan
beradaptasi — Menjalankan tanggung
jawab pribadi dan fleksibitas secara pribadi, pada tempat kerja, dan
hubungan masyarakat; menetapkan dan mencapai standar dan tujuan yang tinggi
untuk diri sendiri dan orang lain; memaklumi kerancuan.
Kecakapan Berkomunikasi — Memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam
berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia.
Kreatifitas dan Keingintahuan
Intelektual — Mengembangkan,
melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain; bersikap
terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.
Berpikir Kritis dan Berpikir
dalam Sistem — Berusaha untuk memberikan
penalaran yang masuk akal dalam memahami dan membuat pilihan yang rumit;
memahami interkoneksi antara sistem.
Kecakapan Melek Informasi dan
Media — Menganalisa, mengakses,
mengelola, mengintegrasi, mengevaluasi, dan menciptakan informasi dalam
berbagai bentuk dan media.
Kecakapan Hubungan Antar Pribadi
dan Kerjasama — Menunjukkan kerjasama
berkelompok dan kepemimpinan; beradaptasi dalam berbagai peranan tanggungjawab;
bekerja secara produktif dengan yang lain; menempatkan empati pada tempatnya;
menghormati perspektif berbeda.
Identifikasi masalah, Penjabaran,
dan Solusi — Kemampuan untuk menyusun
dan mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan masalah.
Pengarahan Pribadi — Memonitor pemahaman diri dan mempelajari kebutuhan
pembelajaran, menemukan sumber-sumber yang tepat,
mentransfer pembelajaran dari satu bidang ke bidang lainnya.