BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Daerah
Daratan Sunda merupakan bagian dari daratan Benua Asia yang dihubungkan oleh
semenanjung Malaya dan Tanah Genting Kra di Kalimantan. Ini disebut daratan
Sunda yang terdiri dari Malaya, Borneo (kalimantan), Jawa, Sumatera dan laut
dangkal yang berada diantara pulau -pulau kecil sekitarnya.
Secara
fisiografis wilayah Indonesia dibatasi di sebelah selatan oleh suatu
palung laut dalam yang memanjang dan dapat diikuti mulai dari
Burma-Andaman-Sumatra-Jawa hingga ke Kepulauan Banda di bagian Timur Indonesia,
yang merupakan jalur penekukan dan penyusupan lempeng HIndia-Australia ke bawah
lempeng Asia Tenggara. Antara Indonesia bagian timur dan barat, terdapat
perbedaan fisiografis yang mencolok. Di Indonesia bagian barat terdapat
busur-busur kepulauan, yang dibatasi oleh lautn dengan kedalaman rata-rata
berkisar antara 200 meter dan membentuk suatu Paparan yang luas yang dikenal
dengan Sundaland.
Sedangkan
Dangkalan Sahul merupakan Paparan kedua di Indonesia yang terletak di Indonesia
bagian timur tepatnya meliputi laut dangkal antara Papua dan Australia serta
pulau-pulau di sekitarnya,yang dulu merupakan daratan yang kemudian di genangi
air laut kala Glasialisasi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kondisi Daerah Dangkalan Sunda dan Sahul ?
2. Bagaimana Fisiografi Paparan Sunda
dan Sahul?
3. Bagaimana proses pembentukan Sunda
land dan Sahul land
4. Bagaimana kondisi Pulau-Pulau
besar di Dangakalan Sunda?
C. TUJUAN
1. Menjelaskan kondisi Dangkalan
Sunda dan Sahul .
2. Menjelaskan Fisiografi Paparan
Sunda dan Sahul .
3. Menjelaskan proses pembentukan
Sunda Land dan Sahul Land.
4. Menjelaskan kondisi pulau-pulau
besar di Dangkalan Sunda.
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Kondisi umum Sunda Land
Gambar 1
Sunda
Land
https://www.atlantis-indonesia.org/2016/04/dari-sundaland-hingga-di-negeri-toba/
Menurut
Early (1845), lebih dari 1 abad yang lalu telah menggambarkan daratan Yang luas
di bawah permukaan laut merupakan Tebing Asiatis Besar (Great
Asiatic Bank). Dangkalan Sunda merupakan laut yang umum nya kurang
dari 100 m,yang terdiri dari Teluk Thailand,selat Malaka,bagian barat daya Laut
Cina Selatan Laut Jawa, dan bagian barat daya Selat Makassar.pulau-pulau yang
tersembul dari laut tingginya kurang dari 1.000 meter.
Pada
relief dasar Dangkalan Sunda itu arah sistem aliran dibawah permukaan laut
dapat dibedakan : sistem sungai di selat
Malaka,di laut Cina selatan dan di laut Jawa. sistem sungai Selat di malaka
adalah North Sunda River System (Sungai Purba Utara) dan South Sunda River system. (Sungai Purba Selatan)
2. Fisiografi Sunda Land
Paparan Sunda sangat penting artinya bagi
negara -negara yang di laluinya Karena mengandung nilai ekonomis yang tinggi
dengan potensi sumber daya alam yang dikandungnya nilai strategi dalam aksesibilitas antar
negara serta perannya dalam percaturan politik dunia.
Secara
ekonomi, Paparan Sunda mengandung potensi mineral seperti minyak bumi,timah,perak dan mineral lainnya. Paparan Sunda merupakan
daerah Paparan terluas di dunia yang
meliputi negara - negara Indoensia, Malaysia, Singapura, Thailand, Kamboja dan
Vietnam. Studi mengenai daerah Paparan Sunda secara geologis dapat menjelaskan
lebih dalam mengenai perkembangan kerak bumi sebelumnya dan dapat menambah
pengetahuan kita mengenai
prinsip-prinsip yang mengatur
terjadinya, emplacement dan konsentarsi
sekunder endapan - endapan
meneral pada umumnya.
Menurut Westerveld (Van Bemmellen
1977) Paparan Sunda dan Sahul menggambarkan daerah -daerah yang dipengaruhi
oleh orogen -orogen Sunda dan Maluku,yang terjadi pada zaman akhir kapur dan
Mision Ttrngah.Paparan ini dianggap sebagai penambahan Baru inti benua yang tua
dari Asia dan Australia. inti benua tersebut di sebut “Craton “.
Pulau-pulau yang muncul di Paparan
Sunda mempunyai tinggi kurang dari 1000 mdpl. Dari sifat-sifat yang ada maka
Paparan Sunda sebagian besar dianggap sebagai peneplain Tua.
Secara fisik struktur Paparan Sunda dapat di
bagi atas 4 bagian yaitu :
1) Tanah Sunda
Wilayah ini meliputi semenanjung
Malaya Kalimatan barat, Laut Cina
Selatan di sebut “Sunda Kecil “ daerah
ini disebut sebagai inti benua yang mantap, umumnya terdiri dari batuan
beku dan metamorfosa.
2) Daerah Endapan Sunda (Sunda Shelf)
Merupakan selaput tipis endapan
tersier,keadaan metastabil di tandai dengan miogeosinklis ,bahan endapan
berasal dari semenanjung Malaya, Bukit Barisan dan kalimantan.wilayahnya adalah
dataran rendah Pantai Timur Sumatera dan Pulau,- Pulau kecilnya,dataran rendah
pantai Utara Jawa.
3) Busur Dalam Vulkanik
Daerah yang meliputi busur dalam
vulkanik berbentuk Geantiklin bergunung
api yang aktif.pegunungan Sunda ini posisinya lebih dekat kearah pantai barat
sumatra dan pantai selatan jawa.pembentukan jalur pegunungan ini di prediksi
oleh karena pelipatan ujung atau tepi
Lempeng Euro-Asia akibat gerakan konvergen oleh Lempeng Indo-Australia. Maka
pegunungan Sunda ini menjadi tulang panggung dari kedua Pulau besar
tersebut,sekaligus merupakan sumber sedimen bagi pantai Timur Sumatera dan
Pantai Utara Jawa yang terbawa oleh aliran-aliran sungai kearah selat Malaka
dan Laut jawa.
4) Busur Luar Non Vulkanik
Busur luar non -vulkanis
rangkainnya pulau -pulau sebelah barat sumatra yaitu Pulau
Weh,Nias,Mentawai,Enggano dan disambung dengan pundak bawah laut di sebelah
selatan jawa.Sifatnya tidak aktif
Tepatnya adalah daerah pelipatan ujung lempang Euro-Asia di cekungan
depan pulau sumatera dan Pulau jawa .
Berdasarkan hasil penelitian
seismik,Paparan Sunda dianggap sebagai sumber pengendapan selama
Tersier,terdiri dari bagian -bagian yang terangkat. Hanya Bangka -Belitung dan
kepulauan Natuna - Anambas saja yang benar-benar merupakan “Daratan Sunda “
bagian yang terangkut itu yang kemudian bertindak sebagai sumber sedimen, beberapa
diantaranya terdiri dari pulau -pulau berusia tersier seperti Bangka dan
Belitung.
3. Proses pembentukan Sunda Land
Sundaland merupakan istilah geologi untuk menyebut daerah
di Semenanjung Asia Tenggara meliputi Semenanjung Malaka, Pulau Kalimantan, Pulau
Sumatra, dan Pulau Jawa. Istilah Sundaland ini juga dikenal sebagai Sunda shelf
(Paparan Sunda)
Gambar
2
Lokasi Sundaland dan tektonik yang berkembang
saat ini (Modifikasi dari davies 1984 dalam Sudarmono dkk. , 1997)
Davies
( 1984 dalam Sudarmono dkk., 1997) menyatakam bahwa Sundaland ini
dibatasi oleh palung jawa dan palung sumatra yang berasal dari subduksi benua
Indo – Australia ke dalam benua Asia di bagian selatan dan bagian barat
disebut juga sebagai Western Margins. Sedangkan pada bagian utara dibatasi oleh
Laut Cina Selatan dan Indo Cina. Pada bagian timur dibatasi oleh Kalimantan
Timur , Selat Makassar dan Jawa Timur disebut juga sebagai Eastern
Margins. Peristiwa tektonik yang besar terjadi pada saat tersier dapat dibagi
atas 2 tektonik besar yaitu pemisahan lempeng India dan Afrika yang bergerak ke
arah utara pada saat akhir kapur dan berlanjut dengan kolisi India dengan benua
Euro-Asia pada saat 50 juta tahun yang lalu.
Evolusi Tektonik Sundaland
Pembentukan tektonik dari
Sundaland tidak terlepas dari sejarah tektonik yang terjadi. Menurut Hutchison
(1973) Evolusi Tektonik yang terjadi dapat dibagi beberapa bagian
a.Pada Zaman Karbon – Perm
Subduksi
terjadi di sebelah barat Sumatera yang menghasilkan batuan vulkanik dan
piroklastik dengan komposisi berkisar antara dasit sampai andesit di daerah
yang membentang di Dataran Tinggi Padang, Batang Sangir dan Jambi (Klompe et
all., 1961; dalam Hutchison, 1973). Batuan intrusif yang bersifat granitik
terbentuk di Semenanjung Malaysia, melewati Pulau Penang, dan diperkirakan
menerus ke Kepulauan Riau ( Gambar 2).
Gambar 3
Sketsa tektonik Sundaland dan sekitarnya pada
Zaman Karbon Akhir sampai Perm Awal (Hutchison, 1973
b. Pada
Zaman Perm – Trias Awal
Pada
Zaman Perm, tidak ada perubahan penyebaran keterdapatan batuan plutonik dan
volkanik dari Karbon Akhir. Sistem busur-palung yang bekerja di Sumatra masih
tidak mengalami perubahan (Gambar 2 dan 3). Batuan volkanik dan piroklasik
berkomposisi andesitik sampai riolitik menyebar di bagian barat dari Sumatera
Tengah.
Gambar 4
Sketsa tektonik Sundaland dan sekitarnya pada Zaman Perm
sampai Trias Awal (Hutchison, 1973)
c. Pada
Zaman Trias Akhir Jura Awal
Dari
Trias Akhir sampai Jura Awal, subduksi di Sumatra terus berlangsung dan
menghasilkan kompleks ofiolit Aceh di bagian utara dan kompleks Ofiolit
Gumai-Garba di selatan. Kedua Ofiolit tersebut menurut Bemmelen (1949; dalam
Hutchison, 1973) berumur Trias.
Gambar
5
Sketsa tektonik Sundaland dan sekitarnya pada
Zaman Trias Akhir sampai Jura Awal (Hutchison, 1973)
Pada
Jura Tengah sampai Kapur Tengah, terjadi pengangkatan di wilayah Semenanjung
Malaysia, menyebabkan perubahan lingkungan sedimentasi pada daerah tersebut
dari lingkungan laut menjadi lingkungan darat, ditandai dengan endapan tipe
Molasse dan sedimentasi Fluviatil. Volkanisme di kawasan Sumatra dan sekitarnya
kurang aktif pada selang waktu ini. Selama Jura dan Kapur, kawasan Sumatra dan
sekitarnya terkratonisasi, dan sistem pensesaran strike slip terbentuk
(Tjia et. All, 1973; dalam Hutchison, 1973). Pensesaran strike slip ini akibat
dari tumbukan lempeng Indian dengan Euro Asia.
d. Pada
Zaman Kapur Akhir – Tersier Awal
Pada
Kapur Akhir, zona subduksi bergerak ke arah barat Sumatra, sepanjang
pulau-pulau yang saat ini berada di barat Sumatra seperti Siberut. Ofiolit dari
subduksi ini sendiri oleh Bemmelen (1949; dalam Hutchison, 1973) diperkirakan
berumur Kapur Akhir sampai Tersier Awal.
Di bagian utara Sumatra terdapat
Intrusi Granitik Tersier sedangkan di selatan terdapat Adesit Tua dan Intrusi
Granit Miosen Awal. Pola dari sistem palung busur di Sumatra pada saat itu
digambarkan pertama kali oleh Katilli (1971; dalam Hutchison, 1973) seperti
pada gambar 5. Subduksi yang berada di barat Sumatra menerus ke selatan Jawa
Barat, lalu berbelok ke timur laut menuju arah Pegunungan Meratus di Kalimantan
Timur.
Gambar
6
Sketsa tektonik Sundaland dan sekitarnya pada
saat ini (Hutchison, 1973)
4. Pulau-Pulau Besar Di Sunda Land
Tanah Sunda termasuk Semenanjung Malaya,Kepulauan
Sunda Besar termasuk
Kalimantan, Sumatera, dan Jawa, serta laut dangkal di sekitarnya, yaitu Laut Jawa, Selat Malaka, Selat Karimata,Teluk Siam,
dan bagian selatan Laut
China Selatan.
a. Kalimantan
Pulau Kalimantan berada dibagian tenggara dari lempeng Euro
Asia. Pada bagian utaradibatasi oleh cekungan marginal Laut China Selatan, di bagian timur oleh selat Makassar dandi bagian selatan oleh Laut Jawa.
Bagian utara Kalimantan didominasi oleh komplek akresi Crocker-Rajang-Embaluh berumur Kapur dan EosenMiosen.DibagianselatankomplekiniterbentukCekunganMelawiKetungai dan Cekungan Kutai selama Eosen Akhir, dan dipisahkan oleh zona ofiolit-melange Lupar Lubok Antu dan Boyan.Di bagian selatan pulau Kalimantan terdapat Schwanner Mountain berumur Kapur Awal-Akhir berupa batolit granit dan granodiorit yang menerobos batuan metamorf egionalderajat rendah. Tinggian Meratus di bagian tenggara Kalimantan yang membatasi Cekungan Barito dengan Cekungan Asem-asem. Tinggian Meratus merupakan sekuens ofiolit dan busur volkanik Kapur Awal. Cekungan Barito dan Cekungan Kutai dibatasi oleh Adang flexure.
Gambar 7
Kerangka Tektonik Pulau Kalimantan (Bachtiar, 2006)
b.
Pulau Sumatera
Pulau Sumatera
Gambar 8
Pulau Sumatera
Pulau Sumatra,
berdasarkan luas merupakan pulau terbesar keenam di dunia.
Pulau ini membujur dari barat laut ke arah tenggara dan melintasi khatulistiwa, seolah membagi
pulau Sumatra atas dua bagian, Sumatra belahan bumi utara dan Sumatra belahan
bumi selatan.Pegunungan Bukit Barisan dengan beberapa puncaknya yang melebihi 3.000 m di atas permukaan laut,
merupakan barisan gunung berapi aktif, berjalan sepanjang sisi barat pulau dari
ujung utara ke arah selatan; sehingga membuat dataran di sisi barat pulau
relatif sempit dengan pantai yang terjal dan dalam ke arahSamudra HIndia dan dataran di sisi timur pulau yang
luas dan landai dengan pantai yang landai dan dangkal ke arah Selat Malaka, Selat Bangka dan Laut China Selatan.
Di bagian utara Pulau Sumatra berbatasan dengan Laut Andaman dan
di bagian selatan dengan Selat Sunda.Pulau Sumatra ditutupi oleh hutan tropik primer dan hutan tropik sekunder yang lebat dengan tanah yang
subur.Gunung berapi yang tertinggi di Sumatra adalah Gunung Kerinci di
Jambi, dan dengan gunung berapi lainnya yang cukup terkenal yaitu Gunung Leuser di
Nanggroe Aceh Darussalam dan Gunung Dempodi perbatasan Sumatra Selatan dengan
Bengkulu. Pulau Sumatra merupakan kawasan episentrum gempa bumi karena
dilintasi oleh patahan kerak bumi disepanjang Bukit Barisan, yang disebut Patahan Sumatra; dan patahan kerak bumi di dasar Samudra Hindia
disepanjang lepas pantai sisi barat Sumatra. Danau terbesar di Indonesia,Danau Toba terdapat
di Pulau Sumatra.
a.
Pulau Jawa
Gambar 9
Pulau Jawa
https://indonesiakitakaya.wordpress.com/pulau-jawa/sejarah-pulau-jawa/
Secara regional unsur-unsur tektonik yang membentuk Pulau Jawa dapat
diamati sebagai terdiri dari:
Jalur
subduksi purba berumur Kapur-Paleosen yang dapat diikuti mulai dari Jawa Barat Selatan ( Ciletuh ), Pegunungan Serayu (Jawa Tengah) dan Laut
Jawa bagian Timur ke Kalimantan Tenggara. Jalur magmatik Kapur yang menempati
lepas pantai Utara Jawa.
Jalur subduksi purba berumur tersier yang membentuk struktur positip (punggungan) bawah permukaan laut yang
terletak di Selatan pulau Jawa. Jalur ini merupakan kelanjutan dari deretan
pulau-pulau yang berada di sebelah barat Pulau Sumatra yang terdiri dari
singkapan melange (Pulau Nias) yang berumur Miosen. Punggungan ini berimpit
dengan nilai anomali gayaberat negatif. Bentuk ini merupakan satuan tektonik
yang penting yang dikaitkan dengan terangkatnya masa yang ringan dibanding
sekitarnya, sebagai akibat dari penyusupan Lempeng Australia ke bawah Lempeng
Mikro-Sunda.
Jalur magmatik Tersier yang menempati sepanjang pantai selatan Pulau Jawa.
Jalur magmatik ini tersingkap dengan baik di Jawa Timur Selatan, berupa endapan
- endapan volkaniklastik, lava dan di beberapa lokasi juga nampak
jenjang-jenjang volkanik (daerah Pacitan-Ponorogo-Tegalombo). Endapan cebakan
tembaga di wilayah ini, juga dikaitkan dengan kegiatan volkanisma Tersier
tersebut. Di Jawa Barat Selatan, juga dapat diamati.
1. Bukit Barisan
Pegunungan Bukit Barisan adalah jajaran gunung yang membentang dari ujung utara (Aceh) sampai ujung selatan(Lampung) di Pulau Sumatera,
yang memiliki panjang lebih kurang 1.650 km.
Rangkaian
pegunungan ini mempunyai puncak tertinggi Gunung Kerinci yang berlokasi di Jambi, berketinggian 3.805 meter di atas
permukaan laut.Pegunungan Bukit Barisan terletak
dekat pertemuan antara lempeng tektonik Euro-Asia dan Australia.
Pegunungan Bukit Barisan adalah jajaran pengunungan yang membentang dari ujung utara (di Nangroe Aceh Darusalam) sampai ujung selatan (di Lampung) Pulau Sumatra. Proses pembentukan pegunungan ini berlangsung menurut skala tahun geologi yaitu berkisar antara 45 sampai 450 juta tahunyang lalu. Teori pergerakan lempeng tektonik menjelaskan bagaimana pegunungan ini terbentuk.Lempeng tektonik merupakan bagian dari litosfer padat yang terapung di atas mantel bergerak satu sama lainnya. Terdapat tiga kemungkinan pergerakan satu lempeng tektonik relatif
terhadap lempeng lainnya, yaitu apabila: Kedua lempeng saling menjauhi (spreading) .
Saling mendekati (collision) .
3 Saling geser (transform)Karena pergeseran lempeng inilah tercipta yang namanya Bukit Barisan. Bukit barisan yangmemanjang dari Lampung sampai Aceh memiliki karakteristik yaitu pegunungan yang masih muda mayoritas masih berstatus aktif.Van Bemmelen membagi Pulau Sumatera menjadi 6 zona fisiografi yaitu
A.
Zona jajaran barisan
B.
Zona semangko
C.
Zona pegunungan tiga puluh
D.
Zona kepulauan busur luar
E.
Zona paparan sunda
Seperti pada penjelasan diatas,tumbukan antara lempeng indoaustralia dengan lempeng Euro-Asia menyebabkan berbagai bentukan alam,utama yaitu bentukan yang disebabkan oleh proses tektonik maupun vulkanik.Disaat kita membahas masalah vulkanisme maka kita dapat melihat karakteristik melalui jenis gunung api dan bagaimana jumlah gunung api tersebut. Beberapa gunung berapi yang masih aktif sekarang yaitu Gunung Kerenci,Gunung Marapi,Gunung Sinabung. Untuk melihat persebaran gunung
tersebut berikut peta zona area bukit barisan.Beberapa periode pembentukan stratigrafi pada Pegunungan di Sumatera yaituTransgresi:ditandai dengan terjadinya pengendapan didaerah atas
batuan dasar yang
Fase regresi : yaitu ditandai dengan penurunan cepat pada dasar cekungan,.Secara umum sumatera
dapat dibagi menjadi 5 busur bagianya itu Busur luar sunda,berupa busur nonvolkanik yang terletak di luar pantai barat Pulau Sumatera,yaitu sepanjang Pulau Singkil,Nias dan MentawaiCekungan depan busur,terletak di antara busur luar non-volkanik dan busur vulkanik sumatera Cekungan belakang busur,termasuk cekungan Sumatera Selatan dan cekungan Sumatera Tengah.
Cekungan-cekungan ini dibentuk oleh depresi batuan dasar di kaki pegunungan barisan. Jalur penggunungan barisan,dan memanjang arah barat lauttenggara dan sejajar dengan pulau Sumatera Cekungan Intermontanne atau Intraare Basin. Plato Dieng Jawa Tengah merupakan suatu daerah yang dibatasi oleh kelurusan Cirebon
Muara Citadui dan
kelurusan Semarang Muara Sungai Opak, terdiri dari 2 rangkaian pegunungan Serayu Utara dan Serayu Selatan.
Pegunungan Serayu Utara merupakan lanjutan dari zona Bogor dan di sebelah timur dilanjutkan dengan pegunungan Kendeng. Pegunungan Serayu Utara lebarnya berkisar antara 30 sampai 50km, dimana ujung baratnya ditutupi oleh material vulkanik gunung Slamet, sedangkansebelah timurditutupi oleh produk vulkanik Rogojembengan, komplek Dieng dan Ungaran. Komplek Dieng terletak pada zona Serayu Utara (Van Bemmelen, 1A, 1949) yang berumur Tersier, dibatasi sebelah barat oleh daerah Karangkobar dan sebelah timur oleh daerah Ungaran.Material vulkanik yang menutupi sebagian wilayahnya berasal dari gunungapi dan letusan kawahyang masih aktif sejak kala Holosen sampai sekarang. Dengan demikian telah mempengaruhi perkembangan kondisi geomorfologi daerah Dieng.
Daerah Dieng termasuk ke dalam cekungan Serayu Utara yang secara umum dapat dibagimenjadi 3 yaitu, cekungan Serayu Utara bagian barat, tengah dan bagian timur. Dieng termasuk kedalam cekungan Serayu Utara bagian tengah. Menurut Van Bemmelen, 1949, cekungan Serayu Utara bagian tengah memiliki stratigrafi dari tua ke muda sebagai berikut :
A.
Lapisan Sigugu
B. Formasi Merawu
C. Formasi Pengatan.
D. Lapisan Batugamping dasar
E. Formasi Bodas
F. Formasi Ligung
G.
Formasi Jembangan8.
Endapan Aluvial dan Vukanik DiengPegunungan Serayu Utara merupakan pegunungan lipatan dari suatu antiklinorium lapisan Neogen yang terlipat kuat berarah barat timur.
Pegunungan ini terbentuk akibat adanya kompresilateral dari pergerakan Samudra Indonesia ke arah utara membentuk Lempeng Benua Asia. Gayatersebut juga menyebabkan timbulnya sesar geser dengan arah relative barat laut tenggara dan timurlaut barat daya di Pulau Jawa.
2.
Patahan Semangko
Patahan Semangko adalah bentukan geologi yang
membentang di PulauSumatera dari utara ke selatan, dimulai dari Aceh hingga Teluk Semangka di Lampung. Patahan inilah membentukPegunungan Barisan,
suatu rangkaian dataran tinggi di sisi barat pulau ini. Patahan Semangko
berusia relatif muda dan paling mudah terlihat di daerahNgarai Sianok dan Lembah Anai di
dekat Kota Bukittinggi.
Patahan
Semangko terletak di antara Zona Semangko Patahan Lampung. Bagian selatan dari
blok Semangko terbagi menjadi bentang alam menjadi seperti Pegunungan Semangko,
Depresi Ulehbeluh dan Walima, Horst Ratai dan Depresi Teluk Belitung. Sedangkan
bagian utara blok Semangko berbentuk seperti Dome (diameter +40 Km). Patahan
Semangko adalah bentukan geologi yang membentang di Pulau Sumatera dari selatan
ke utara. Patahan inilah yang membentuk Pegunungan Barisan, suatu rangkaian
dataran tinggi di sisi barat pulau Sumatera. Patahan ini relatif lebih muda dan
paling mudah terlihat di daerah ngarai Sianok dan Lembah Anai di dekat kota
Padang Panjang.
Terbentuknya
Patahan Semangko bermula sejak jutaan tahun lampau saat Lempeng (Samudra)
Hindia-Australia menabrak secara menyerong bagian barat Sumatera yang menjadi
bagian dari Lempeng (Benua) Euro-Asia. Tabrakan menyerong ini memicu munculnya
2 komponen gaya. Komponen pertama bersifat tegak lurus, menyeret ujung Lempeng
Hindia masuk ke bawah Lempeng Sumatera. Batas kedua lempeng ini sampai
kedalaman 40 kilometer umumnya mempunyai sifat regas dan di beberapa tempat
terekat erat. Suatu saat, tekanan yang terhimpun tidak sanggup lagi ditahan
sehingga menghasilkan gempa bumi yang berpusat di sekitar zona penunjaman atau
zona subduksi. Setelah itu, bidang kontak akan merekat lagi sampai suatu saat
nanti kembali terjadi gempa bumi besar. Gempa di zona inilah yang sering memicu
terjadinya tsunami, sebagaimana terjadi di Aceh pada 26 Desember 2004.
Adapun
komponen kedua berupa gaya horizontal yang sejajar arah palung dan menyeret bagian
barat pulau ini ke arah barat laut. Gaya inilah yang menciptakan retakan
memanjang sejajar batas lempeng, yang kemudian dikenal sebagai Patahan Besar
Sumatera. Geolog Katili dalam The Great Sumatran Fault (1967) menyebutkan,
retakan ini terbentuk pada periode Miosen Tengah atau sekitar 13 juta tahun
lalu. Lempeng Bumi di bagian barat Patahan Sumatera ini senantiasa bergerak ke
arah barat laut dengan kecepatan 10 milimeter per tahun sampai 30 mm per
tahun relatif terhadap bagian di timurnya. Sebagaimana di zona subduksi, bidang
Patahan Sumatera ini sampai kedalaman 10 kilometer-20 km terkunci erat
sehingga terjadi akumulasi tekanan. Suatu saat, tekanan yang terkumpul sudah
demikian besar sehingga bidang kontak di zona patahan tidak kuat lagi menahan
dan kemudian pecah. Batuan di kanan-kirinya melenting tiba-tiba dengan kuat
sehingga terjadilah gempa bumi besar. Setelah gempa, bidang patahan akan
kembali merekat dan terkunci lagi dan mengumpulkan tekanan elastik sampai suatu
hari nanti terjadi gempa bumi besar lagi. Pusat gempa di Patahan Sumatera pada
umumnya dangkal dan dekat dengan permukiman. Dampak energi yang dilepas
dirasakan sangat keras dan biasanya sangat merusak. Apalagi gempa bumi di zona
patahan selalu disertai gerakan horizontal yang menyebabkan retaknya tanah yang
akan merobohkan bangunan di atasnya. Topografi di sepanjang zona patahan yang
dikepung Bukit Barisan juga bisa memicu tanah longsor. Adapun lapisan tanah
yang dilapisi abu vulkanik semakin memperkuat efek guncangan gempa. Beberapa tempat
di Patahan Semangko merupakan pula zona lemah yang ditembus magma dari dalam
bumi. Getaran gempa bumi bisa menyebabkan air permukaan bersentuhan dengan
magma. Karena itu, pada saat gempa bumi, kerap terjadi letupan uap (letupan
freatik) yang dapat diikuti munculnya gas beracun, sebagaimana terjadi di Suoh,
Lampung, pada 1933.
B.SAHUL LAND
Gambar10
Sahul land
https://mencatatsejarah.blogspot.com/2018/06/daratan-sunda-dan-sahul-daratan-besar.html
Papaan Sahul dan Paparan Sunda kini. Daerah
di antaranya disebut "Wallacea".
Paparan Sunda adalah bagian
dari lempeng landas kontinen benua Sahul (benua Australia — Papua) yang
terletak di lepas pantai utara Australia dan lautan selatan pulau Papua.
Paparan Sahul membentang dari Australia utara, meliputi Laut Timor menyambung ke Timur di laut Arafura yang menyambung dengan Pulau Papua. Kepulauan Arumenonjol
di atas Paparan Sahul. Paparan Sahul juga mencakup Paparan Rowley yang terletak
di sisi Samudra HIndia di Barat Laut Australia membentang hingga tanjung di
barat laut Australia.
Ketika permukan air laut turun padazaman es Pleistosen,
termasuk zaman es maksimum terakhir, sekitar 18.000 tahun yang lalu, Paparan
Sahul adalah dataran terbuka di atas permukaan laut. Bukti tepi pantai pada
masa ini ditandai dengan lokasi yang kini terletak pada kedalaman antara 100
sampai 140 meter di bawah permukaan laut. Paparan Sahul juga disebut Paparan
Arafura, membentuk jembatan daratan antara Australia dengan pulau Papua,
serta Kepulauan Aru. Kawasan ini merupakan habitat penyebaranmarsupial (hewan mamalia berkantung), burung
darat yang tak dapat terbang seperti emu dan kasuari,
serta ikan air tawar yang sama jenisnya. Garis Lydekker adalah garis biogeografi yang ditarik di tepi perbatasan
Paparan Sahul dimana dasar laut turun curam di kawasan biogeografi Wallacea.
Wallacea terletak antara celah yang terbentuk antara Paparan Sahul denganPaparan Sunda,
bagian dari Paparan benua Asia Tenggara.
Wilayah utama daratan Nusantara
terbentuk dari dua ujung Superbenua Pangaea di
Era Mesozoikum (250
juta tahun yang lalu), namun bagian darilempeng benua yang berbeda.
Dua bagian ini bergerak mendekat akibat pergerakan lempengnya, sehingga di saatZaman Es terakhir
telah terbentuk selat besar di antara Paparan Sunda di
barat dan Paparan
Sahul di timur. Pulau Sulawesi dan
pulau-pulau di sekitarnya mengisi ruang di antara dua bagian benua yang
berseberangan. Kepulauan antara ini oleh para ahli biologi sekarang disebut
sebagai Wallacea,
suatu kawasan yang memiliki distribusi fauna yang unik. Situasi geologi dan
geografi ini berimplikasi pada aspek topografi, iklim,kesuburan tanah,
sebaranmakhluk hidup (khususnya
tumbuhan dan hewan), serta migrasi manusia di wilayah ini.
Bagian pertemuan Lempeng EuroAsia di
barat, Lempeng
Indo-Australia di selatan, danLempeng Pasifik di
timur laut menjadi daerah vulkanik aktif
yang memberi kekayaanmineral bagi
tanah di sekitarnya sehingga sangat baik bagipertanian,
namun juga rawangempa bumi.
Pertemuan lempeng benua ini juga mengangkat sebagian dasar laut ke atas
mengakibatkan adanya formasi perbukitan karst yang kaya gua di sejumlah tempat.
Fosil-fosil hewan laut ditemukan di kawasan ini.
Nusantara terletak di daerah tropika, yang berarti memiliki laut hangat dan mendapat penyinaran cahaya matahari terus-menerus sepanjang tahun dengan intensitas tinggi. Situasi ini mendorong terbentuknya ekosistem yang kaya keanekaragaman makhluk hidup, baik tumbuhan maupun hewan. Lautnya hangat dan menjadi titik pertemuan dua samudera besar. Selat di antara dua bagian benua (Wallacea) merupakan bagian dari arus laut dari Samudera HIndia ke Samudera Pasifik yang kaya sumberdaya laut. Terumbu karang di wilayah ini merupakan tempat dengan keanekaragaman hayati sangat tinggi. Kekayaan alam di darat dan laut mewarnai kultur awal masyarakat penghuninya. Banyak di antara penduduk asli yang hidup mengandalkan pada kekayaan laut dan membuat mereka memahami navigasi pelayaran dasar, dan kelak membantu dalam penghunian wilayah Pasifik (Oseania).
Nusantara terletak di daerah tropika, yang berarti memiliki laut hangat dan mendapat penyinaran cahaya matahari terus-menerus sepanjang tahun dengan intensitas tinggi. Situasi ini mendorong terbentuknya ekosistem yang kaya keanekaragaman makhluk hidup, baik tumbuhan maupun hewan. Lautnya hangat dan menjadi titik pertemuan dua samudera besar. Selat di antara dua bagian benua (Wallacea) merupakan bagian dari arus laut dari Samudera HIndia ke Samudera Pasifik yang kaya sumberdaya laut. Terumbu karang di wilayah ini merupakan tempat dengan keanekaragaman hayati sangat tinggi. Kekayaan alam di darat dan laut mewarnai kultur awal masyarakat penghuninya. Banyak di antara penduduk asli yang hidup mengandalkan pada kekayaan laut dan membuat mereka memahami navigasi pelayaran dasar, dan kelak membantu dalam penghunian wilayah Pasifik (Oseania).
Benua Australia dan perairan
Samudera HIndia dan Pasifik di sisi lain memberikan faktor variasi iklim
tahunan yang penting. Nusantara dipengaruhi oleh sistem muson dengan akibat
banyak tempat yang mengalami perbedaan ketersediaan air dalam setahun. Sebagian
besar wilayah mengenal musim kemarau dan musim penghujan. Bagi pelaut dikenal
angin barat (terjadi pada musim penghujan) dan angin timur. Pada era
perdagangan antarpulau yang mengandalkan kapal berlayar, pola angin ini sangat
penting dalam penjadwalan perdagangan.
Dari sudut persebaran makhluk hidup, wilayah ini merupakan titik pertemuan dua provinsi flora dan tipe fauna yang berbeda, sebagai akibat proses evolusi yang berjalan terpisah, namun kemudian bertemu. Wilayah bagian Paparan Sunda, yang selalu tidak jauh dari ekuator, memiliki fauna tipe Euro-Asia, sedangkan wilayah bagian Paparan Sahul di timur memiliki fauna tipe Australia. Kawasan Wallacea membentuk "jembatan" bagi percampuran dua tipe ini, namun karena agak terisolasi ia memiliki tipe yang khas. Hal ini disadari oleh sejumlah sarjana dari abad ke-19, seperti Alfred Wallace, Max Carl Wilhelm Weber, dan Richard Lydecker. Berbeda dengan fauna, sebaran flora (tumbuhan) di wilayah ini lebih tercampur, bahkan membentuk suatu provinsi flora yang khas, berbeda dari tipe di India dan Asia Timur ini lebih jauh dan juga masuknya tumbuhan dan hewan asing dari daratan Euro-Asia, Amerika, dan Afrika pada masa sejarah
Dari sudut persebaran makhluk hidup, wilayah ini merupakan titik pertemuan dua provinsi flora dan tipe fauna yang berbeda, sebagai akibat proses evolusi yang berjalan terpisah, namun kemudian bertemu. Wilayah bagian Paparan Sunda, yang selalu tidak jauh dari ekuator, memiliki fauna tipe Euro-Asia, sedangkan wilayah bagian Paparan Sahul di timur memiliki fauna tipe Australia. Kawasan Wallacea membentuk "jembatan" bagi percampuran dua tipe ini, namun karena agak terisolasi ia memiliki tipe yang khas. Hal ini disadari oleh sejumlah sarjana dari abad ke-19, seperti Alfred Wallace, Max Carl Wilhelm Weber, dan Richard Lydecker. Berbeda dengan fauna, sebaran flora (tumbuhan) di wilayah ini lebih tercampur, bahkan membentuk suatu provinsi flora yang khas, berbeda dari tipe di India dan Asia Timur ini lebih jauh dan juga masuknya tumbuhan dan hewan asing dari daratan Euro-Asia, Amerika, dan Afrika pada masa sejarah
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Dangkalan
Sunda merupakan laut yang umum nya kurang dari 100 m,yang terdiri dari Teluk
Thailand,selat Malaka,bagian barat daya Laut Cina Selatan Laut Jawa,dan bagian
barat daya Selat Makassar.pulau-pulau yang tersembul dari laut tingginya kurang
dari 1.000 meter.
Pada
relief dasar Dangkalan Sunda itu arah sistem aliran dibawah permukaan laut
dapat dibedakan : sistem sungai di selat
Malaka,di laut Cina selatan dan di laut jawa.sistem sungai Selat di malaka
adalah North Sunda River System sungai purba Utara) dan South Sunda
River system.(sungai purba selatan)
Paparan
Sahul membentang dari Australia utara, meliputi Laut Timor menyambung ke Timur
di laut Arafura yang menyambung dengan Pulau Papua. Kepulauan Arumenonjol di
atas Paparan Sahul. Paparan Sahul juga mencakup Paparan Rowley yang terletak di
sisi Samudra HIndia di Barat Laut Australia membentang hingga tanjung di barat
laut Australia.
Ketika
permukan air laut turun padazaman es Pleistosen, termasuk zaman es maksimum
terakhir, sekitar 18.000 tahun yang lalu, Paparan Sahul adalah dataran terbuka
di atas permukaan laut. Bukti tepi pantai pada masa ini ditandai dengan lokasi
yang kini terletak pada kedalaman antara 100 sampai 140 meter di bawah
permukaan laut. Paparan Sahul juga disebut Paparan Arafura, membentuk jembatan
daratan antara Australia dengan pulau Papua, serta Kepulauan Aru. Kawasan ini
merupakan habitat penyebaranmarsupial (hewan mamalia berkantung), burung darat
yang tak dapat terbang seperti emu dan kasuari, serta ikan air tawar yang sama
jenisnya. Garis Lydekker adalah garis biogeografi yang ditarik di tepi perbatasan
Paparan Sahul dimana dasar laut turun curam di kawasan biogeografi Wallacea.
Wallacea terletak antara celah yang terbentuk antara Paparan Sahul dengan Paparan
Sunda, bagian dari Paparan benua Asia Tenggara.
II.SARAN
Penulis mengharapkan pembaca dapat
memahami bagaimana BENTUK SUNDA LAND dan SAHUL LAND dengan baik,penulis
mengetahui makalah ini jauh dari kata sempurna,oleh karena itu penulis
mengharapkan pembaca dapat memberi kritik dan saranyang membangun makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Sriyono.2014.GEOLOGI
&GEOMORFOLOGI INDONESIA.Yogyakarta.OMBAK.
Ideal,Helfie.2015.GEOLOGI
INDONESIA.PADANG.
https://en.wikipedia.org/wiki/Sundaland
http://suarageologi.blogspot.com/2013/07/sejarah-tektonik-Sundaland.html
http://geoenviron.blogspot.com/2011/11/Paparan-Sunda-dan-Paparan-Sahul.html
ht http://yhonwaregeografi.blogspot.com/2015/08/geologi-kalimantan.htmltps://asyafe.wordpress.com/2008/08/02/terbentuknya-pegunungan-bukit-b https://geograph88.blogspot.com/2016/08/sejarah-geologi-pulau-jawa.htmlarisan/